Perkembangan Media Televisi
Oleh : Eva Triyana Effendi
Email : evatriana12ipa2@gmail.com
Pada saat ini dunia
pertelevisian sudah semakin maju, hampir semua kalangan sudah mengenal
televisi. Televisi saat ini sudah bukan merupakan barang mahal dan relative
mudah untuk di jumpai
sehingga jarang ditemukan sebuah rumah dengan anggota keluarga di dalamnya yang
tidak memiliki televisi. Bukan hanya sebagai media informasi, TV juga dapat
dijadikan sebagai media hiburan. Perkembangan media televisi masa lalu sangat
lah berbeda dengan masa kini. Di masa lalu, televisi masih berbentuk seperti
tabung dan berwarna monokrom (hitam-putih). Sedangkan pada masa kini, televisi
sudah berwarna dan berbentuk flat
(tipis) dengan macam-macam fitur yang telah disediakan. Selain itu, stasiun
televisi pada masa lalu jumlahnya sangat terbatas hanya ada TVRI dan itu pun
waktu siarannya terbatas, sedangkan stasiun televisi pada masa kini jumlahnya
sangat banyak dan waktu siarannya selama 24 jam non stop. (Hutagalung,
2004)
Akibat dari perkembangan teknologi komunikasi massa televisi,
maka akan memberikan pengaruh-pengaruh dalam banyak kehidupan manusia. Pengaruh
tersebut bisa dalam bidang politik, ekonomi, social, budaya, bahkan pertahanan
dan keamanan Negara. Perkembangan media televise saat ini di dunia, bukan lagi
terletak pada perangkat teknologinya, tetapi lebih jauh dari itu. Hal ini dapat
dilihat dari sudut pandang politik.
Tiap-tiap Negara di dunia, baik Negara maju maupun berkembang, telah
memberikan pengaruh yang besar terhadap Negara lain dalam bentuk propaganda
budaya, ekonomi, social, atau pertahanan keamanan Negara.
Pola keseharian masyarakat dalam menonton televisi
memang tidak dipungkiri sudah seperti kebutuhan saja. Media televisi yang
seharusnya hanya di tonton secukupnya sebagai refreshing atau hiburan justru kadang menjadi hoby yang
berkelanjutan dan bahkan bisa menjadi boomerang bagi penonton. Tak di pungkiri
pula dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, sampai yang tua sekalipun kerap
kali menonton televisi secara berlebihan dari jam normal yang secukupnya dengan
beragam tayangan yang di nikmati. Mulai dari sinetron, berita, reality show,
infotaiment, ceramah, ajang perlombaan, dan lain-lain. Tidak
dipungkiri, hal
ini TV sudah menjadi guru bagi anak-anak.
Bahkan di dalam rumah-rumah kita sendiri, anak-anak malah mendapatkan lebih banyak pelajaran
dari televisi ketimbang dari orang tuanya. Banyak informasi positif yang bisa
didapatkan oleh anak melalui televisi, namun tidak sedikit juga informasi dan
teladan buruk bisa didapatkan anak karena kebiasaannya menonton televisi.
Seseorang
cenderung cepat menangkap hal-hal yang ditayangkan di televisi, terutama
anak-anak. Mereka mudah sekali mencontoh apa-apa yang dilihatnya. Mereka
memahami lingkungan dengan menggunakan panca indra terutama pendengaran dan
penglihatan. Mereka juga mencoba melakukan hal-hal yang sama dengan orang di
sekitarnya. hal inilah yang menjadikan pertumbuhan otak pada anak-anak dapat
berkembang menjadi cepat, mulai dari bahasa, psikomotor &
intelegensi (Luthfi,2005).
Diperlukan tindakan-tindakan yang berkualitas yang dapat
meminimalisir adanya konten-konten negatif pada televisi. Dalam hal ini
orangtua beserta keluarga sangat berperan penting dalam menjaga dan mencegah
anak-anaknya agar tidak terpengaruh oleh konten-konten negatif televisi
tersebut. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir
perkembangan konten negatif televisi. Diantaranya dengan melakukan
pendampingan aktif selama anak menonton televisi dan memilih program yang
paling sesuai untuk usia anak. Orangtua sebaiknya meletakkan televisi di ruang
tengah dapat dengan mudah mengetahui acara apa yang
ditonton oleh anak-anak. Selain itu bisa juga dengan mendiskusikan dan membahas
acara-acara yang sudah ditonton bersama anak. Ajak mereka untuk menilai
karakter tokoh utamanya dan kelakuan tokoh lain dalam acara itu secara positif. Jika orangtua
memutuskan untuk mengurangi menonton TV atau bahkan mematikan pesawat TV, maka
banyak hal yang bisa dilakukan oleh anak-anak baik oleh mereka sendiri maupun
bersama anggota keluarga yang lain seperti misalnya dengan mengajak anak-anak
untuk pergi ke tempat rekreasi, mengajak anak ke taman-taman bacaan, biarkan
buku-buku terjangkau dengan mudah oleh anak, berikan buku sebagai hadiah,
temanilah anak-anak membaca sehingga dia akan semangat, dan tanyakan pada
mereka buku yang mereka baca itu membahas tentang apa.
Upaya untuk mengatur
perilaku anak menonton televisi akan lebih mudah jika selain ada aturan yang
jelas yang dapat diterapkan, ada otoritas yang memiliki kredibilitas untuk
mengawasi dan memastikan bahwa peraturan dilaksanakan, dan pihak yang menjadi
obyek peraturan tersebut , yaitu anak dapat memahami aturan dan mengerti
manfaatnya, serta bersedia menerapkan aturan tersebut.
Televisi sebagai media informasi, telah
membawa era baru untuk menerima dan menikmati informasi kepada khalayak,
sehingga dapat menciptakan sebuah opini public maupun asosiasi-asosiasi yang
overgeneralisasi (Luthfi, 2005). Dengan makin berkembangnya stasiun televise swasta di
Indonesia, hal ini semakin menjadikan televisi mempunyai power untuk
mengeneralisasikan suatu citra, ideology, serta menaturalisasikan penciptaan
kebutuhan-kebutuhan yang mungkin belum pernah kita bayangkan sebelumnya,
sehingga informasi yang kita dapatkan
pada media televisi harus kita filter dengan baik (River & Thiodore, 2003).
Pada dasarnya televisi telah memiliki
karakteristiknya tersendiri, dan bagaimanapun juga televisi sebagai media
informasi mempunya kelebihan-kelebihan yang tidak di miliki media lain. Dengan
keberadaan siara televisi di rumah-rumah, maka suasana santai, rileks, tanpa
dipengaruhi rutinitas kerja diharapkan informasi atau pesan yang di sampaikan
lebih mudah untuk di interpretasikan. Kemudian televisi dapat diterapkan
sebagai media komunikasi dalam menyampaikan informasi dan gagasan, dalam
membentuk citra khalayak, akan tetapi bagaimanapun juga arus informasinya akan
berpulang dari bagaimana komunikan mengin terpretasikan representasi tersebut
atas dasar norma, pendidikan dan referensi sosialnya (Pritha) .
Sumber
Referensi :
Danesi,
Marcel. 2010. Pengantar Memahami
Semiotika Media. Yogyakarta : Jalasutra.
Hutagalung,
Inge. 2004. Penggunaan Media TV di
Indonesia. Jurnal Komunikologi. Vol.1
Kuswandi, Wawan.1996. Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi). Jakarata :
Rineka Cipta
Kuswandi, Wawan.2008. Komunikasi Massa (Analisis Interaktif Budaya Massa). Jakarta :
Rineka Cipta
Luthfi, Alexandri. 2005. Program Acara Televisi sebagai Media Informasi, Pendidikan, dan Hiburan.
Yogyakarta : Panitia Dies Natalis ISI Yogyakarta
Pritha, Agnes K. Teknologi
Informasi melalui Media Televisi sebagai Media Komunikasi Audio Visual.
Rivers, Jensen J W, dan Theodore Peterson. 2003. Media Massa & Masyarakat Modern. Edisi
ke-2. Terjemahan Haris Munandar & Dudy Priatna. Jakarta : Kencana
bermanfaat sekali infonya makasih yah kak
ReplyDeletegambar ice cream walls