Skip to main content

Perkembangan Media Televisi


Perkembangan Media Televisi
Oleh : Eva Triyana Effendi
Email : evatriana12ipa2@gmail.com
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi sudah semakin pesat. Pada hakikatnya, media televisi lahir karena adanya teknologi. Perkembangan sejarah televisi diawali munculnya penemuan Insinyur Paul Nipkow berupa piringan pemindai yang di pakai mulai tahun 1923-1925 di dalam system televise percobaan. Pada tahun 1926, ilmuwan Skotlandia bernama Jhon Logie Baird menyempurnakan metode pemindaian, dan pada tahun 1931 Insinyur Rusia bernama Vladimir Zworykin membangun system pemindai elektronik yang menjadi prototype kamera televisi modern (Kuswandi, 1996). Penemu Amerika Serikat, Ernst F.W. Alexanderson, kemudia yang untuk pertama kalinya memamerkan pesawat penerima televise Schenctady, New York, pada tahun 1928 (Kuswandi, 2008). Sekitar tahun 1930-an, layanan televise mulai bekerja di beberapa Negara barat. Kemudian sejak tahun 1960-an, acara televise telah berkembang menjadi lebih dari sekedar campuran tontonan fakta dan fiksi yang tidak terkait satu sama lain. Dan kemudian seiring berkembangnya teknologi televise pun semakin berkembang (Danesi, 2010).
Pada saat ini dunia pertelevisian sudah semakin maju, hampir semua kalangan sudah mengenal televisi. Televisi saat ini sudah bukan merupakan barang mahal dan relative mudah untuk di jumpai sehingga jarang ditemukan sebuah rumah dengan anggota keluarga di dalamnya yang tidak memiliki televisi. Bukan hanya sebagai media informasi, TV juga dapat dijadikan sebagai media hiburan. Perkembangan media televisi masa lalu sangat lah berbeda dengan masa kini. Di masa lalu, televisi masih berbentuk seperti tabung dan berwarna monokrom (hitam-putih). Sedangkan pada masa kini, televisi sudah berwarna dan berbentuk flat (tipis) dengan macam-macam fitur yang telah disediakan. Selain itu, stasiun televisi pada masa lalu jumlahnya sangat terbatas hanya ada TVRI dan itu pun waktu siarannya terbatas, sedangkan stasiun televisi pada masa kini jumlahnya sangat banyak dan waktu siarannya selama 24 jam non stop. (Hutagalung, 2004)
Akibat dari perkembangan teknologi komunikasi massa televisi, maka akan memberikan pengaruh-pengaruh dalam banyak kehidupan manusia. Pengaruh tersebut bisa dalam bidang politik, ekonomi, social, budaya, bahkan pertahanan dan keamanan Negara. Perkembangan media televise saat ini di dunia, bukan lagi terletak pada perangkat teknologinya, tetapi lebih jauh dari itu. Hal ini dapat dilihat dari sudut pandang politik.  Tiap-tiap Negara di dunia, baik Negara maju maupun berkembang, telah memberikan pengaruh yang besar terhadap Negara lain dalam bentuk propaganda budaya, ekonomi, social, atau pertahanan keamanan Negara.
Pola keseharian masyarakat dalam menonton televisi memang tidak dipungkiri sudah seperti kebutuhan saja. Media televisi yang seharusnya hanya di tonton secukupnya sebagai refreshing atau hiburan justru kadang menjadi hoby yang berkelanjutan dan bahkan bisa menjadi boomerang bagi penonton. Tak di pungkiri pula dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, sampai yang tua sekalipun kerap kali menonton televisi secara berlebihan dari jam normal yang secukupnya dengan beragam tayangan yang di nikmati. Mulai dari sinetron, berita, reality show, infotaiment, ceramah, ajang perlombaan, dan lain-lain. Tidak dipungkiri, hal ini TV sudah menjadi guru bagi anak-anak. Bahkan di dalam rumah-rumah kita sendiri, anak-anak malah mendapatkan lebih banyak pelajaran dari televisi ketimbang dari orang tuanya. Banyak informasi positif yang bisa didapatkan oleh anak melalui televisi, namun tidak sedikit juga informasi dan teladan buruk bisa didapatkan anak karena kebiasaannya menonton televisi.
Seseorang cenderung cepat menangkap hal-hal yang ditayangkan di televisi, terutama anak-anak. Mereka mudah sekali mencontoh apa-apa yang dilihatnya. Mereka memahami lingkungan dengan menggunakan panca indra terutama pendengaran dan penglihatan. Mereka juga mencoba melakukan hal-hal yang sama dengan orang di sekitarnya. hal inilah yang menjadikan pertumbuhan otak pada anak-anak dapat berkembang menjadi cepat, mulai dari bahasa, psikomotor & intelegensi (Luthfi,2005).
Diperlukan tindakan-tindakan yang berkualitas yang dapat meminimalisir adanya konten-konten negatif pada televisi. Dalam hal ini orangtua beserta keluarga sangat berperan penting dalam menjaga dan mencegah anak-anaknya agar tidak terpengaruh oleh konten-konten negatif televisi tersebut. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir perkembangan konten negatif televisi. Diantaranya dengan melakukan pendampingan aktif selama anak menonton televisi dan memilih program yang paling sesuai untuk usia anak. Orangtua sebaiknya meletakkan televisi di ruang tengah dapat dengan mudah mengetahui acara apa yang ditonton oleh anak-anak. Selain itu bisa juga dengan mendiskusikan dan membahas acara-acara yang sudah ditonton bersama anak. Ajak mereka untuk menilai karakter tokoh utamanya dan kelakuan tokoh lain dalam acara itu secara positif. Jika orangtua memutuskan untuk mengurangi menonton TV atau bahkan mematikan pesawat TV, maka banyak hal yang bisa dilakukan oleh anak-anak baik oleh mereka sendiri maupun bersama anggota keluarga yang lain seperti misalnya dengan mengajak anak-anak untuk pergi ke tempat rekreasi, mengajak anak ke taman-taman bacaan, biarkan buku-buku terjangkau dengan mudah oleh anak, berikan buku sebagai hadiah, temanilah anak-anak membaca sehingga dia akan semangat, dan tanyakan pada mereka buku yang mereka baca itu membahas tentang apa.
Upaya untuk mengatur perilaku anak menonton televisi akan lebih mudah jika selain ada aturan yang jelas yang dapat diterapkan, ada otoritas yang memiliki kredibilitas untuk mengawasi dan memastikan bahwa peraturan dilaksanakan, dan pihak yang menjadi obyek peraturan tersebut , yaitu anak dapat memahami aturan dan mengerti manfaatnya, serta bersedia menerapkan aturan tersebut.
Televisi sebagai media informasi, telah membawa era baru untuk menerima dan menikmati informasi kepada khalayak, sehingga dapat menciptakan sebuah opini public maupun asosiasi-asosiasi yang overgeneralisasi (Luthfi, 2005). Dengan makin berkembangnya stasiun televise swasta di Indonesia, hal ini semakin menjadikan televisi mempunyai power untuk mengeneralisasikan suatu citra, ideology, serta menaturalisasikan penciptaan kebutuhan-kebutuhan yang mungkin belum pernah kita bayangkan sebelumnya, sehingga informasi yang  kita dapatkan pada media televisi harus kita filter dengan baik (River & Thiodore, 2003).
Pada dasarnya televisi telah memiliki karakteristiknya tersendiri, dan bagaimanapun juga televisi sebagai media informasi mempunya kelebihan-kelebihan yang tidak di miliki media lain. Dengan keberadaan siara televisi di rumah-rumah, maka suasana santai, rileks, tanpa dipengaruhi rutinitas kerja diharapkan informasi atau pesan yang di sampaikan lebih mudah untuk di interpretasikan. Kemudian televisi dapat diterapkan sebagai media komunikasi dalam menyampaikan informasi dan gagasan, dalam membentuk citra khalayak, akan tetapi bagaimanapun juga arus informasinya akan berpulang dari bagaimana komunikan mengin terpretasikan representasi tersebut atas dasar norma, pendidikan dan referensi sosialnya (Pritha) .

Sumber Referensi :
Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta : Jalasutra.
Hutagalung, Inge. 2004. Penggunaan Media TV di Indonesia. Jurnal Komunikologi. Vol.1
Kuswandi, Wawan.1996. Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi). Jakarata : Rineka Cipta
Kuswandi, Wawan.2008. Komunikasi Massa (Analisis Interaktif Budaya Massa). Jakarta : Rineka Cipta
Luthfi, Alexandri. 2005. Program Acara Televisi sebagai Media Informasi, Pendidikan, dan Hiburan. Yogyakarta : Panitia Dies Natalis ISI Yogyakarta
Pritha, Agnes K. Teknologi Informasi melalui Media Televisi sebagai Media Komunikasi Audio Visual.
Rivers, Jensen J W, dan Theodore Peterson. 2003. Media Massa & Masyarakat Modern. Edisi ke-2. Terjemahan Haris Munandar & Dudy Priatna. Jakarta : Kencana

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Model-Model Pembelajaran Berbasis Komputer

Oleh Linda Nurul Khusna h / lindatp040@gmail.com 1.       Model Drills (Latihan) Model drills adalah suatu model pembelajaran yang di rancang untuk melatih siswa tentang bahan pelajaran atau materi pembelajaran yang sudah diberikan atau di jelaskan oleh guru. Dalam model ini siswa diberi sebuah permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan  yang harus di pecahkan oleh siswa, kemudian komputer akan memberikan respon atau memberikan umpan balik kepada siswa atas jawaban yang telah diberikan oleh siswa. hal ini bertujuan untuk melatih siswa agar mengerti  terhadap bahan pelajaran yang telah di ajarkan oleh guru mata pelajaran. Dengan model drills ini siswa dilatih terus menerus dan untuk meningkatkan kemahiran siswa sehingga siswa akan lebih muda memahami materi yang di ajarkan oleh guru. Model ini menggunakan prinsip latihan terus menerus sehingga menjadi kebiasaan bagi siswa, siswa diharapkan akan ingat terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. Model ini h

Konsep, Fungsi, dan Manfaat Pembelajaran Berbasis Web

Konsep, Fungsi, dan Manfaat Pembelajaran Berbasis Web Oleh Joko Wiyono Jokopoyeng15@gmail.com      Bahan ajar berbasis adalah bahan ajar yang disiapkan, dijalankan, dan dimanfaatkan dengan media web. Bahan ajar sering juga disebut bahan ajar berbasis internet   atau bahan ajar online. Terdapat tiga karakteristik utama yang merupakan potensi besar bahan ajar berbasis web, yakni: menyajikan multimedia, menyimpan, mengolah, dan menyajikan informasi dan hyperlink. Karena sifatnya online, maka bahan ajar berbasis web mempunyai karakteristik khusus sesuai dengan karakteristik web itu sendiri. Salah satu karakteristik yang paling menonjol adalah adanya fasilitas hyperlink. Hyperlink memungkinkan sesuatu subjek ngelink ke subjek lain tanpa ada batasan fisik dan geografis, selama subjek   yang bersngkutan tersedia pada web. Dengan adanya fasilitas hyperlink maka sumber belajar menjadi sangat kaya. Search engine sangat membantu untuk mencari subjek yang dapat dijadikan link.

Desain Laboratorium Sekolah

DESAIN LABORATORIUM SEKOLAH Oleh Arum Khasanah   arumkhasanahTP14@gmail.com Proses   pendidikan   dan   pembelajaran   di   sekolah   memerlukan   dukungan   sarana   dan prasarana   yang   memadai   agar   dapat   berjalan   dengan   baik. Berbagai cara dilakukan oleh guru ataupun pihak sekolah untuk selalu meningkatkan serta mendukung proses belajar siswa yang lebih efektif dan efisien. Meskipun banyak faktor yang menentukan kualitas pendidikan atau proses belajar, salah satunya yang terkait dengan pusat sumber belajar, media belajar dan tempat belajar yang layak. Berbagai fasilitas yang dapat dijadikan sebagai pusat sumber belajar  salah satunya adalah laboratorium. Laboratorium sangat diperlukan sebagai sarana ataupun prasana oleh pihak sekolah sebagai tempat pembelajaran untuk siswa melakukan eksperimen dan kegiatan praktik secara langsung, sehingga dapat meningkatkan pengetahuannya (Kurniawan, Deni, dkk, 2013). Laboratorium harus dilestarikan dan dikelola oleh pih