Seiring
dengan berjalannya waktu, kebutuhan manusia semakin berkembang dan bertambah.
Penemuan teknologi-teknologi baru menjadi salah satu faktor penunjang
bertambahnya kebutuhan baru dalam segala bidang, termasuk pada bidang
pendidikan.
Inovasi-inovasi baru lahir seiring dengan
berkembangnya teknologi dan kebutuhan guru dan terutama siswa. Hidup di zaman
yang katanya zamannya generasi Z dimana generasi ini terbiasa mendapatkan
informasi beragam dalam waktu yang sangat singkat, hanya dengan “pencet tombol ini, maka lihat apa yang akan terjadi (Musyarofah, 2014).
Mobilitas manusia yang semakin padat dan
lahirnya teknologi-teknologi baru, menjadi latar belakang lahirnya model
pembelajaran blended learning sebagai inovasi baru dalam menjawab
tanangan zaman. Blended learning adalah istilah dari pencampuran antara
model pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan secara face to face
dengan model pembelajaran berbasis internet yang biasa dikenal dengan istilah e-learning
(Uno, 2011).
Model pembelajaran ini merupakan cara belajar yang
murah dan efektif (Suyono, 2011). Model pembelajaran ini bisa diterapkan kepada
siapa saja, terutama untuk mereka yang mempunyai mobilitas tinggi dan sulit
untuk terus bertatap muka secara langsung dengan guru atau dosen. Mereka-mereka
yang seperti ini biasanya adalah orang yang sudah bekerja dan atau karena guru
atau dosen yang berhalangan hadir dalam kelas untuk melakukan pembelajaran
secara langsung.
Alasan lain adalah sebagai sarana belajar bersama
untuk mereka yang merasa membutuhkan materi tambahan. Mereka kurang puas dengan
pembelajaran konvensional di kelas, karena dengan blended learning mereka bisa dengan mudah mendapatkan materi-materi
baru bahkan lebih up to date dari
berbagai sumber bahkan pakar dari seluruh belahan dunia.
Generasi Z sudah sangat dimanjakan sekali dengan berbagai
kemudahan-kemudahan yang ditawarkan. Tidak zamannya lagi kita harus berdiam
diri menunggu intruksi dari guru saja di sekolah. Bagaimana dan seperti apa si
prosedur atau langkah-langkah model blended
learning dalam pembelajaran?
Secara spesifik
dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Blended
Learning terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK Profesor
Steve Slemer menyarankan enam tahapan dalam merancang dan menyelenggarakan
blended learning agar hasilnya optimal, diantaranya adalah (1) tetapkan macam
dan materi bahan ajar, (2) tetapkan rancangan blended learning yang digunakan,
(3) tetapkan format on-line learning, (4) lakukan uji terhadap rancangan yang
dibuat, (5) selenggarakan blended learning dengan baik, dan (6) siapkan
kriteria evaluasi pelaksanaan blended learning (Sjukur, 2012).
Pertama, menetapkan macam dan materi bahan ajar. Pendidik
harus paham betul bahan ajar yang seperti apa yang relevan diterapkan pada
pendidikan jarak jauh (PJJ) yang sebagian dilakukan secara face to face dan secara online atau web based learning.
Kedua, tetapkan rancangan dari blended learning yang digunakan. Rancangan pembelajaran harus benar-benar
dirancang dengan baik dan serius, dan juga harus melibatkan ahli e-learning untuk membantu. Hal ini
bertujuan agar rancangan pembelajaran yang dibuat benar-benar relevan dan
memudahkan sistem pembelajaran face to
face dan jarak jauh, bukan malah mempersulit siswa ataupun tenaga
kependidikan lainnya dalam penyelenggarakan pendidikan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam membuat rancangan pembelajaran blended learning adalah (a) bagaimana bahan ajar tersebut
disajikan, (b) bahan ajar mana yang bersifat wajib dipelajari dan mana yang
sifatnya anjuran guna memperkaya pengetahuan, (c) bagaimana siswa bias
mengakses dua komponen pembelajaran tersebu, (d) faktor pendukung apa yang
diperlukan, misalnya software apa
yang digunakan, apakah diperlukan kerja kelompok atau individu saja.
Ketiga, tetapkan format online
learning. Apakah bahan ajar tersedia dalam format PDF, video, juga perlu
adanya pemberitahuan hosting apa yang dipakai oleh guru, apakah Yahoo, Google,
Facebook, atau lainnya.
Keempat, melakukan uji terhadap rancangan yang dibuat. Uji
ini dilakukan agar mengetahui apakah sistem pembelajaran ini sudah berjalan
dengan baik atau belum. Mulai dari kefektivan dan keefesiensi sangat
diperhatikan, apakah justru mempersulit siswa dan guru atau bahkan benar-benar
mempermudah pembelajaran.
Kelima, menyelenggarakan blended learning dengan baik.
Sebelumnya sudah ada sosialisasi dari guru atau dosen mengenai system ini.
Mulai dari pengenalan tugas masing-masing komponen pendidikan, cara akses
terhadap bahan ajar, dan lain-lain. Guru atau dosen disini bertugas sebagai
petugas promosi, karena yang mengikuti penyelenggaraan blended learning bias
dari pihak sendiri dan bahkan dari pihak lain.
Keenam, menyiapkan kriteria untuk melakukan evaluasi. Contoh
evaluasi yang dilakukan adalah dengan (a)
Ease to navigate, (b) Content/substance, (c) Layout/format/appearance, (d)
Interest, (e) Applicability, (f) Cost-effectiveness/value.
Ease to navigate, seberapa mudah siswa bisa mengakses semua informasi
yang disediakan di paket pembelajaran. Kriterianya, makin mudah melakukan akses,
makin baik.
Content/substance, bagaimana kualitas isi yang dipakai. Misalnya
bagaimana petunjuk mempelajari bahan ajar itu disiapkan, dan sudah sesuai
dengan tujuan pembelajaran, dan sebagainya. Kriterianya: makin mendekati isi
bahan ajar dengan tujuan pembelajaran adalah makin baik.
Layout/format/appearance, paket pembelajaran (bahan, petunjuk, atau informasi
lainnya) disajikan secara profesional. Kriterianya: makin baik penyajian bahan
ajar adalah makin baik.
Interest, dalam artian sampai seberapa besar paket
pembelajaran yang disajikan mampu menimbulkan daya tarik siswa untuk belajar.
Kriterianya: siswa semakin tertarik belajar adalah makin baik.
Applicability, seberapa jauh paket pembelajaran yang bisa
dipraktekkan secara mudah. Kriterianya: makin mudah adalah makin baik.
Cost-effectiveness/value, seberapa murah biaya yang dikeluarkan untuk
mengikuti paket pembelajaran tersebut. Kriterianya: semakin murah semakin baik.
Referensi
Suyono & Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosda
Uno, B. Hamzah. 2011. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Sjukur, Sulihin B. 2012. Pengaruh Blended Learning terhadap Motivasi
Belajar dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK. Jurnal pendidikan Vokasi, Vol
2, Nomor 3, November 2013.
Musyarofah, Umi Wahidatun. 2014. Pendidikan di Indonesia Gagal Move On.
Paper Pengembangan Karya Ilmiah, Oktober 2014.
Oleh:
Umi Wahidatun Musyarofah
membantu banget infonya makasih yah
ReplyDeletepermainan di trans studio bandung
Sangat bagus isinya, makasih
ReplyDelete