Skip to main content
Televisi Pendidikan
Muhammad Nur Alam
Jurusan Kurikulum danTeknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
            Sebagian besar masyarakat kita menonton televisi dilakukan bersama-sama dengan anggota keluarga. Artinya satu pesawat televisi ditonton oleh seluruh keluarga. Bahkan tidak sedikit tetangga dekat yang ikut nonton karena masih belum memiliki pesawat televisi, biasanya menggunakan antena parabola. Antena parabola ini dibeli bersama-sama. Ada juga yang menjadi pemilik pribadi, kemudian disambung dengan kabel-kabel ke rumah-rumah. Rumah yang menerima siaran parabola ini membayar iuran bulanan. Namun mereka tak bisa sesuka hati menonton acara yang disukainya. Pemilihan stasiun/acara televisi ditentukan oleh sang pemilik parabola
Acara pendidikan yang disiarkan melalui media massa televisi, kalau dilihat prosesnya merupakan proses komunikasi dan komunikatornya tidak mempunyai kebebasan karena bersifat institusional. Semula dinilai bahwa televisi siaran kurang bermanfaat dalam dunia pendidikan. Sebagai media audio visual penyajian acaranya lebih menekankan kepada bahasa visual, meskipun tidak berarti mengabaikan masalah yang bersifat auditif, walaupun yang bersifat auditif itu hanya sebagai kelengkapan penjelasan, bagi hal-hal yang belum atau tidak tampak pada gambar. Belajar pada hakikatnya tidak mungkin dapat dilakukan tanpa adanya usaha dari anak sendiri dan melibatkan pihak lain untuk aktif dalam proses belajar. Karena itulah, khususnya bagi Negara berkembang (Indonesia) perlu digalakkan “melektelevisi”. Siaran pendidikan melalui televisi bagaimanapun tetap menarik bagi anak-anak dan dapat membantu anak-anak belajar yang lebih baik. Sebab televisi mampu menyajikan bahan yang bergerak dinamis, sehingga merangsang perhatian anak-anak. Sebagaia cara siaran pendidikan, maka tekanannya pada pendidikannya, sedang hiburan atau penerangan hanya sebagai pelengkap saja.
Dalam kehidupan sehari-hari sering mendapat berbagai pengalaman, hal ini disebabkan terintegrasinya kelima indra yang dimiliki, tetapi dengan menonton media audio visual, akan mendapatkan informasi sebesar 10% dari informasi yang pernah diperoleh sebelumnya, ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Simulated Experience) dari media audio visual tadi. Pengalaman tiruan yang didapat justru akan memberikan kesan yang mendalam bagi penonton, dan inilah salah satu karakteristik media televisi yang sangat baik dimanfaatkan untuk merencanakan program siaran, khususnya program siaran pendidikan, sebab akan membuat khalayak penonton tertarik padahal-hal yang baru serta mempunyai keinginan untuk mengetahui hal-hal yang lebih banyak, dampak yang demikian ini merupakan gejala kejiwaan, dimana khalayak merasakan adanya perubahan emosinya, termasuk didalamnya berkenaan dengan kesenangan, kesedihan, kegembiraan, kesusahan, kegusaran, percintaan dan sebagainya. Program siaran yang disajikan melalui media ini memungkinkan untuk memengaruhi sikap, tingkah laku dan pola pikir. Perubahan-perubahan itu, baik yang positif maupun negative.
            Televisi sebenarnya memiliki potensi yang amat besar dalam mendidik masyarakat, namun televisi memiliki tantangan yang amat besar pula dalam menjalankan fungsinya yang terkait dengan berbagai kepentingan di dalamnya. Sebagai solusinya perlu ada kajian yang mendalam mengenai hal ini. Salah satu cara adalah mengevaluasi format tayangan televisi yang selama ini sudah berjalan dengan melihat dari berbagai sudut pandang secara komprehensif. Upaya mengevaluasi kajian ini bisa dilakukan di antaranya melalui pendekatan analisis SWOT yang di dalamnya coba menggali seberapa jauh hal-hal yang berhubungan dengan televisi bisa ditelaah, diharapkan setelah dievaluasi akan ditemukan solusi yang mungkin bisa menjadi hal yang bermanfaat bagi semua pihak. Penulis ingin mengkaji tentang : bagaimana memformat tayangan televisi sebagai media dalam meningkatkan pendidikan bangsa. Fokus permasalahan akan dilihat menurut pendekatan analisis SWOT yang secara rinci melihat kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity), dan ancaman (Threath) format tayangan televisi sebagai media pendidikan dalam meningkatkan kualitas bangsa. Dari hasil analisis tentang format tayangan televisi sebagai media pendidikan kualitas bangsa dapat disimpulkan bahwa : format tayangan televisi sebagai media pendidikan kualitas bangsa memiliki kekuatan daya jangkau yang luas tak terbatas tanpa hambatan geografis dan sosiologis, menyedot perhatian pemirsa, dan mudah dicerna oleh masyarakat. Memiliki kelemahan khalayak acapkali tergiring oleh dampak negatif yang ditayangkan televisi sehingga terjebak dalam realitas yang tertayang di televisi. Memiliki peluang untuk dioptimalkan kekuatannya dan diminimalkan kelemahannya karena televisi banyak “dilirik” dari berbagai kalangan, baik bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan para penanam modal, serta pemasang iklan, sehingga keterlibatan semua pihak ini akan mengoptimalkan fungsi televisi sebagai media pendidikan, perangkat perundang-undangan pun telah dimiliki. Memiliki ancaman terjebak pada “pesan sponsor” pihak-pihak berkepentingan yang meraup untung lewat televisi, yang terkadang mengabaikan unsur-unsur pendidikan

Klasifikasi Siaran Pendidikan
            Televisi sebagai media massa mempunyai empat fungsi, salah satu diantara dari keempat fungsi tersebut adalah sebagai media pendidikan. Acara siaran pendidikan baik yang disiarkan melalui radio maupun televisi. Ada dua klasifikasi dalam siaran pendidikan, 1). Siaran Pendidikan Sekolah (School Broadcasting). Yang menjadi sasarana cara ini adalah para murid sekolah, dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan para mahasiswa sekolah tinggi. Siarannya langsung dikirim kesekolah-sekolah yang bersangkutan. Dengan demikian acara siaran pendidikan jenis ini erat sekali hubungannya dengan kurikulum sekolah yang berlaku pada tahun ajaran itu. Ini berarti stasiun penyiaran yang bersangkutan melakukan kerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional. 2). Siaran Pendidikan Sepanjang Masa (Life Long Education). Berbeda dengan siaran pendidikan yang berlandaskan kurikulum sekolah, acara pendidikan yang termasuk dalam klasifikasi ini dilandasi oleh nilai-nilai pendidikan saja dan yang menjadi sasarannya adalah khalayak umum. Kalau untuk acara pendidikan yang ditujukan kesekolah, stasiun yang bersangkutan bekerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional, maka untuk pendidikan sepanjang masa bekerja sama dengan Departemen terkait misalnya untuk pertanian mereka bekerjasama dengan Departemen Pertanian, dan lain-lain. Karena itu jalinan kerjasama ini harus benar-benar terpadu, sehingga kepentingan nasional dalam upaya mencerdaskan bangsa dapat menjadi kenyataan.
            Komunikasi media massa televisi hanya berlangsung satu arah, maka agar acara siaran pendidikan dapat mencapai tujuan seperti yang diinginkan, maka Departemen yang bersangkutan menyediakan berbagai catatan yang berhubungan dengan bahan yang disiarkan, untuk dibagikan kepada khalayak umum. Berbicara soal siaran pendidikan, sekali lagi saya ingatkan bahwa siaran pendidikan tidak akan menggantikan kedudukan guru didalam kelas. Dengan demikian kampanye melektelevisi khususnya bagi orang tua sangat penting. Belajar melalui televise mempunyai keuntungan ganda, pertama, dapat mempelajari ilmu pengetahuan yang telah dirancang dengan baik dan kedua mampu meningkatkan daya apresiasi anak-anak.

Referensi

Dra. Harina Yuhetty, M. (2005). Jurnal TEKNODIK. Jakarta: Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan DEPDIKNAS.
Drs. Darwanto, S. (2007). Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajara.
http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/156#.Vgu5tvlYrIU


Comments

Popular posts from this blog

Konsep, Fungsi, dan Manfaat Pembelajaran Berbasis Web

Konsep, Fungsi, dan Manfaat Pembelajaran Berbasis Web Oleh Joko Wiyono Jokopoyeng15@gmail.com      Bahan ajar berbasis adalah bahan ajar yang disiapkan, dijalankan, dan dimanfaatkan dengan media web. Bahan ajar sering juga disebut bahan ajar berbasis internet   atau bahan ajar online. Terdapat tiga karakteristik utama yang merupakan potensi besar bahan ajar berbasis web, yakni: menyajikan multimedia, menyimpan, mengolah, dan menyajikan informasi dan hyperlink. Karena sifatnya online, maka bahan ajar berbasis web mempunyai karakteristik khusus sesuai dengan karakteristik web itu sendiri. Salah satu karakteristik yang paling menonjol adalah adanya fasilitas hyperlink. Hyperlink memungkinkan sesuatu subjek ngelink ke subjek lain tanpa ada batasan fisik dan geografis, selama subjek   yang bersngkutan tersedia pada web. Dengan adanya fasilitas hyperlink maka sumber belajar menjadi sangat kaya. Search engine sangat membantu untuk mencari subjek yang dapat dijadikan link.

Model-Model Pembelajaran Berbasis Komputer

Oleh Linda Nurul Khusna h / lindatp040@gmail.com 1.       Model Drills (Latihan) Model drills adalah suatu model pembelajaran yang di rancang untuk melatih siswa tentang bahan pelajaran atau materi pembelajaran yang sudah diberikan atau di jelaskan oleh guru. Dalam model ini siswa diberi sebuah permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan  yang harus di pecahkan oleh siswa, kemudian komputer akan memberikan respon atau memberikan umpan balik kepada siswa atas jawaban yang telah diberikan oleh siswa. hal ini bertujuan untuk melatih siswa agar mengerti  terhadap bahan pelajaran yang telah di ajarkan oleh guru mata pelajaran. Dengan model drills ini siswa dilatih terus menerus dan untuk meningkatkan kemahiran siswa sehingga siswa akan lebih muda memahami materi yang di ajarkan oleh guru. Model ini menggunakan prinsip latihan terus menerus sehingga menjadi kebiasaan bagi siswa, siswa diharapkan akan ingat terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. Model ini h

Desain Laboratorium Sekolah

DESAIN LABORATORIUM SEKOLAH Oleh Arum Khasanah   arumkhasanahTP14@gmail.com Proses   pendidikan   dan   pembelajaran   di   sekolah   memerlukan   dukungan   sarana   dan prasarana   yang   memadai   agar   dapat   berjalan   dengan   baik. Berbagai cara dilakukan oleh guru ataupun pihak sekolah untuk selalu meningkatkan serta mendukung proses belajar siswa yang lebih efektif dan efisien. Meskipun banyak faktor yang menentukan kualitas pendidikan atau proses belajar, salah satunya yang terkait dengan pusat sumber belajar, media belajar dan tempat belajar yang layak. Berbagai fasilitas yang dapat dijadikan sebagai pusat sumber belajar  salah satunya adalah laboratorium. Laboratorium sangat diperlukan sebagai sarana ataupun prasana oleh pihak sekolah sebagai tempat pembelajaran untuk siswa melakukan eksperimen dan kegiatan praktik secara langsung, sehingga dapat meningkatkan pengetahuannya (Kurniawan, Deni, dkk, 2013). Laboratorium harus dilestarikan dan dikelola oleh pih